FATHAN FLORA

Alamat Kami : Bumi Anggrek Blok P-177, Karang Satria, Bekasi - Indonesia, Contact Person : Anton (+62 878 8771 2909) atau Juli (0858 8101 2160), Email Address : fathanflora@gmail.com / ciptakaryabersaudara@yahoo.com

TANAMAN HIAS INDOOR

TANAMAN HIAS INDOOR

KEGUNAAN TANAMAN INDOOR

Tanaman di dalam ruangan dapat memberikan efek positif terhadap kesehatan mental, seperti mengurangi stres, kecemasan, dan depresi. Selain itu, keberadaan tanaman di dalam ruangan juga mampu memberikan efek relaksasi serta mampu memperbaiki mood dan membuat Anda lebih tenang. Ada beberapa jenis tanaman yang mampu menyerap gas-gas polutan spt : Dracaena, Sansevieria, Palm dll. Tanaman dalam ruangan selain menyerap gas polutan juga memberikan keuntungan lainnya yaitu udara menjadi lebih segar & bersih, ruangan menjadi lebih indah & menarik. Dengan adanya kondisi demikian secara tidak langsung bisa mempengaruhi productivitas orang-orang yang ada dalam lingkungan tsb,. Tanaman dalam ruangan sangat tergantung pada perawatan rutin dan cahaya. Jangka waktu daya tahan tanaman dalam ruangan bervariasi bergantung pada jenisnya, mingguan hingga bulanan.

12 September 2011

Biji Asam Bisa Pulihkan Syaraf Rusak

Peneliti menemukan biomaterial pada biji asam. Bisa membantu pertumbuhan syaraf rusak.

Para peneliti dari Monash University, Australia menemukan sebuah biomaterial baru pada biji asam yang bisa menumbuhkan kembali syaraf yang rusak pada otak dan tulang belakang. Ke depan, penemuan ini diharapkan dapat merevolusi pengobatan syaraf yang yang rusak akibat cidera dan penyakit, seperti parkinson.

Andrew Rodda, ilmuan yang tergabung dalam Monash Material Engineering meneliti xyloglucan, senyawa yang berasal dari tanaman asam. Dalam tanaman, xyloglucan berperan penting untuk menghubungkan sel yang satu dengan lainnya. Sementara itu, Andrew Rodda, telah mengkaji khasiat biomaterial ini pada hewan yang menderita kerusakan sel syaraf.

Senyawa yang diteliti Rodda ini dapat disuntikkan dalam bentuk cairan ke bagian tubuh yang terluka. Secara perlahan, senyawa itu berubah menjadi gel ketika suhunya sama dengan suhu badan. Setelah mencapai sasaran, gel ini bertindak sebagai struktur pendukung melalui sel-sel sehat yang dapat bermigrasi serta bisa melekat ke sistem saraf.

Rodda mengatakan, selama ini terdapat kekurangan dalam proses penyembuhan syaraf yang rusak. Menurut dia, dalam metode penyembuhan selama ini, syaraf tidak bisa tumbuh kembali karena racun yang ditinggalkan bekas syaraf yang mati.

"Sel saraf itu sensitif, dan hanya akan tumbuh di lingkungan yang paling mendukung," kata Rodda sebagaimana dilansir medindia.net.

"Setelah cidera, sel-sel baru biasanya tidak dapat menembus ke dalam ruang kosong setelah kematian massal sel. Rumpun sel di pinggirnya, membentuk penghalang yang tidak bisa ditembus. Ini meninggalkan pusat luka, yang mengandung bahan kimia yang dapat membunuh saraf yang akan tumbuh."

Menurut Rodda, senyawa ini bekerja dengan menyediakan tangga-tangga sementara, di mana sel-sel baru dapat tumbuh dan menembus bekas luka.

Secara signifikan, sel penolong yang disebut astrocit akan bergerak menuju gel yang disuntikkan. Sel-sel ini kemudian mensekresikan bahan kimia bermanfaat, yang mungkin membantu menciptakan lingkungan di mana sel-sel saraf yang halus bisa bertahan.

Studi yang dilakukan Rodda ini merupakan bagian dari upaya untuk mendorong regenerasi syaraf di otak dan sumsum tulang belakang. Ini didasarkan pada pekerjaan sebelumnya di Monash University untuk memahami dan mengontrol pertumbuhan saraf menggunakan biomaterial.

• VIVAnews/Eko Huda S